Sabtu, 29 Oktober 2011

FUNGSI SISTIM KARIOVASKULER


FUNGSI SISTIM KARIOVASKULER

ARTERI
  1. Arteri
Berfungsi untuk tranportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke jaringan - jaringan. Karena itu sistim arteri mempunyai dinding yang kuat dan darah mengalir dengan cepat menuju jaringan. Dinding aorta dan arteri relatif mengandung banyak jaringan elastis. Dinding tersebut teregang waktu systole dan mengadakan rekoil pada saat diastole.

  1. Arteriol
Adalah cabang - cabang terujung dari sistim arteri dan Berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran ke kapiler. Arteriol juga mempunyai dinding kuat yang mampu menutup secara komplit atau berdilatasi sampai beberapa kali ukuran normal sehingga dapat mempengaruhi aliran darah ke kapiler.
Dinding arteriol mengandung sedikit jaringan elastis dan lebih banyak otot polos. Otot ini dipersarafi oleh serabut saraf adrenergik yang fungsinya adalah vasokonstriksi, dan serabut saraf kolinergik yang fungsinya vasodilatasi.
Arteriol merupakan tempat utama resistensi aliran darah dan perubahan kecil pada diameternya menyebabkan perubahan yang besar pada resistensi perifer.

  1. Kapiler
Berfungsi sebagai tempat pertukaran cairan dan nutrisi antara darah dan ruang interstitial. Untuk peranannya ini dinding kapiler sangat tipis dan permeabel terhadap substansi - substansi dengan molekul halus.


Venul dan Vena
  1. Venul
Dinding venal hanya sedikit lebih tebal dari pada dinding kapiler. Berfungsi menampung darah dari kapiler dan secara bertahap bergabung ke dalam vena yang lebih besar.

  1. Vena
Berfungsi sebagai jalur transportasi darah dari jaringan kembali ke jantung. Karena tekanan dalam sistim vena sangat rendah (0 - 5 mmHg) maka dinding vena tipis, walaupun demikian dinding vena berotot dan ini memungkinkan vena untuk berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah dalam jumlah yang kecil atau besar tergantung dari kebutuhan tubuh.
  • Melakukan fisioterapi dada dengan cara fibrasi serta mengajarkan cara nafas dalam dan batuk yang efektif agar lendir dapat dikeluarkan dari jalan nafas.
  • Mendorong klien untuk melakukan cara nafas dalam dan batuk yang efektif agar klien yakin mampu melakukan sendiri sehingga rasa percaya diri meningat.
  • Memberikan O2 dengan sistem aliran rendah, melalui O2 nasal yang dapat ditolerir oleh klien untuk menambah konsentrasi O2
  • Memperhatikan sistem humidifikasi dari terapi O2 yang diberikan untuk mencegah resiko udara kering masuk ke paru.
  • Melakukan pemeriksaan analisa gas darah sebelum dan setelah pemberian O2, untuk dapat menyesuaikan kebutuhan O2 berikutnya.
  • Memperhatikan cairan hidifikasi agar tidak berkurang atau kering dan menggantinya minimal tiap 24 jam untuk mencegah terjadinya infeksi
  • Memberikan minuet yang cukup untuk memberi hidrasi dan mengencerkan lendir.
  • Mengamati reaksi tindakan yang diberikan pada klien untuk melihat efek dari tindakan tersebut.
  • Berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat mukolitik atau bronkhodilator untuk mengatasi pengentalan lendir.
  • Memberi waktu pada keluarga untuk memberi dorongan pada klien


Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dapat dilihat dari setiap hasil tindakan untuk mengetahui kemajuan klien, dan sebagai evaluasi hasil dapat dilihat dari hasil yang diharapkan tercapai atau tidak.


KESIMPULAN
Terapi O2 merupakan upaya dalam mengatasi keadaan hipoksemia dan efek lanjut dari keadaan ini.

Pengetahuan tentang proses respirasi dan indikasi serta metoda dari teknik pemberian O2 dengan keuntungan dan kerugian merupakan bekal bagi perawat untuk dipahami dengan baik, agar asuhan keperawatan yang diberikan terutama dalam terapi O2 digunakan dengan tepat dengan resiko seminimal mungkin.